head

Menjadi Negeri Yang Mandiri Pangan


Published         27/12/2014
Oleh :  Abduurahman Syaukati

T
ahun lalu (2013) Indonesia membayar US$ 8.6 atau senilai dengan Rp 90 trilyun untuk impor bahan pangan, mulai dari biji-bijian (karbohidrat), daging (protein), susu (kalsium),sampai buah-buahan (vitamin dan mineral), dlsb –itupun dengan rata-rata nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS tahun lalu sebesar 10,446,-. Maka lengkap untuk kebutuhan 4 sehat 5 sempurna negeri kita memenuhinya dengan mengimpor dari luar. Tahun 2014 rata-rata nilai tukar Rupiah turun 13 % -menjadi sekitar 12,000,-. Bila jumlah impor pangan tahun ini tetap sama yaitu US$ 8.6 , maka Indonesia harus membayar lebih banyak karena akan senilai di atas Rp 100 trilyun !
Yang menarik adalah adanya lonjakan impor pangan untuk protein hewani yang berasal dari impor sapi hidup dan daging. Tahun lalu (2013) lengkap 12 bulan dari Januari – Desember Indonesia mengimpor sapi hidup senilai US$ 341 juta, tahun 2014 dalam enam bulan pertamanya Januari – Juni pun kita sudah mengimpor sebanyak US$ 318 juta –jumlah ini bisa diprediksi akan meningkat hingga 2 kali lipat sampai Desember nanti.
Untuk impor sapi yang sudah berupa daging pun tidak kalah. Tahun 2013 dari Januari – Desember Indonesia mengimpor senilai US$ 238 juta, tahun 2014 dari Januari – Juni saja kita sudah mengimpor sebanyak US$ 236 juta. Bahkan untuk impor daging jenis jeroan, hati, dan lidah tahun 2013 Januari – Desember Indonesia mengimpor senilai US$ 27 juta, tahun 2014 dari Januari – Juni kita sudah mengimpor sebanyak US$ 41 juta. Nampaknya krisis daging sapi tahun lalu pemerintah mengatasinya dengan cara membuka keran impor.
Mengapa di negeri yang katanya ijo royo-royo memiliki lahan-lahan subur yang terbentang sejauh mata memandang ini tidak bisa memenuhi kebutuhan pangannya sendiri ? Lantas apa yang bisa kita perbuat untuk memperbaiki hal ini ?
Padahal umat ini seharusnya bisa lebih unggul, karena kita lah yang diberi fasilitasnya. Bahwa Nabi terakhir saw telah mewarisi kita 2 hal, yaitu al-quran dan sunnah. Yang menjaga umat ini untuk tetap berada pada jalanNya yang benar, sekaligus berisi petunjuk untuk masalah-masalah yang dihadapi umat ini yang berlaku hingga akhir jaman sampai kiamat tiba nanti.
Untuk masalah seperti ini pun kita sudah ada petunjuknya, tinggal kita nya mau atau tidak untuk mengamalkannya. Kita diberi tahu oleh Allah lokasi yang paling baik untuk menggembalakan hewan ternak, perhatikan ayat berikut :
“Dialah yang telah menurunkan air (hujan) dari langit untuk kamu, sebagiannya untuk kamu minum dan sebagiannya untuk menumbuhkan pepohonan, padanya kamu menggembalakan ternakmu(QS. An-Nahl : 10).
Nah dari ayat tersebut di atas, tempat yang disebut Allah untuk menggembalakan hewan ternak adalah di tempat ‘turunnya hujan’ dan ‘tumbuhnya pepohonan’.
Sekarang sudah saatnya kita meng-evaluasi bahwa mind set masyarakat kita selama ini terhadap negeri-negeri yang cocok untuk menggembala yaitu negeri yang memiliki padang rumput yang luas. Sehingga kita selama ini pun mengimpor kebutuhan daging dari negeri-negeri padang rumput tersebut, yaitu Australia.
Bahwa negeri ‘tempat turunnya hujan’ memiliki curah hujan yang tinggi dan tempat ‘tumbuhnya pepohonan’ memiliki tanah yang subur sehingga segala jenis tanaman bisa tumbuh di atasnya –itu Indonesia banget.
Bila masyarakat kita mengetahui hal ini dan dengan sukarela mengamalkan apa yang diperintahkanNya dalam al-quran, ini akan meng-encourage umat ini untuk semangat meningkatkan produksi daging dalam negeri dengan memanfaatkan lahan-lahan gembala yang begitu luas di negeri ini. Tentu harapan kedepannya Indonesia tidak perlu lagi mengimpor daging dari luar. Apakah negeri ini bisa memenuhi kebutuhan protein hewani-nya sendiri ? Tidak hanya bisa ! bahkan negeri ini mampu menjadi supplier kebutuhan daging dunia !
Pada surat An-Nahl ayat 10 tersebut Allah menyebutkan lebih dahulu ‘air hujan’, baru setelah itu ‘tumbuhnya pepohonan’, sebelum sampai pada ‘hewan ternak’. Maka negeri yang paling banyak hujannya, seharusnya memiliki biji-bijian dan buah-buahan terbanyak.
Tetapi mengapa hal itu tidak terjadi di negeri ini ? Justru yang kita saksikan malah krisis pangan yang begitu nyata. Maka sudah waktunya bagi masyarakat ini untuk kembali memanfaatkan lahan-lahan pertaniannya dan menanam bahan makanannya sendiri –yang selama ini sudah banyak ditinggalkan petaninya yang berbondong-bondong pergi ke kota. Karena kita ingin bener-bener memenuhi seluruh kebutuhan pangan kita.
Mengapa hewan-hewan ternak –seperti domba misalnya, harus digembala di tempat tumbuhnya pepohonan/tanaman ? Karena kotorannya pun hanya dalam waktu singkat bisa menjadi pupuk terbaik, dan menyuburkan pohon-pohon di sekitarnya. Maka domba-domba yang digembalakan di daerah perkebunan secara langsung membantu proses pertumbuhan tanaman yang dilewatinya.
Bahwa negeri ini selalu bisa memenuhi kebutuhan pangannya sendiri. Dengan ketersediaan resources-nya yang melimpah dan ditambah petunjuk-petunjukNya yang begitu jelas. Tinggal yang diperlukan adalah kerja keras kita untuk bisa mewujudkannya dengan senantiasa memohon ampunanNya dan pertolonganNya, insyaAllah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar