head

Inggris Pusat Perbankan Syariah di Eropa

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Penasihat Kebijakan Keuangan Pemerintah Inggris, Omar Shaikh, menyatakan Inggris kini telah menjadi pusat perbankan Islam di Eropa.
"Sistem itu berkembang berkat dukungan politik pemerintah Inggris yang melihat pelaksanaan sistem ini sebagai peluang bisnis," katanya dalam seminar Islamic Finance Management yang diadakan Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Glasgow di University of Glasgow, Scotlandia, Inggris, Sabtu (6/4).
Menurut dia, peluang bisnis keuangan syariah di Inggris makin berkembang seiring dengan peningkatan kepercayaan masyarakat terhadap sistem keuangan syariah.
Oleh karena itu, sistem yang dibangun menekankan keterbukaan dalam pengelolaan perbankan dan lebih rasional dalam mengambil keuntungan bisnis keuangan perbankan. 
Sementara itu, Ketua Keluarga Islam Britania Raya (KIBAR) Glasgow, Nor Basid Adiwibawa Prasetya, kepada Antara mengatakan seminar bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan tentang penerapan sistem keuangan syariah di dunia bisnis, khususnya perbankan dan dalam manajemen keuangan keluarga.
"Penerapan sistem ini diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan dalam masyarakat," katanya dalam seminar yang juga menghadirkan Mohd Hairul Azrin (PhD in Accounting and Finance di University of Glasgow) dari Brunei Darussalam, Norasikin Hj Salikin, (Corporate Finance PhD candidate in the University of Strathclyde) dari Malaysia, dan Luqyan Tamanni, (PhD candidate di University of Glasgow dengan spesialisasi Islamic micro finance) dari Indonesia.
Menurut Mohd Hairul Azrin, sistem ini dibangun oleh pemerintah Brunei Darussalam sebagai Negara Islam dalam sebuah sistem kebijakan Islamic finance, kemudian diberlakukan pada masyarakat.

Sumber : Antara
Citied by Rizal NF

Dubai Islamic Bank Berencana Ekspansi ke Kenya


REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Dubai Islamic Bank (DIB) berencana ekspansi ke Kenya sebelum akhir 2016 ini, meskipun Otoritas Kenya sedang melakukan moratorium penerbitan izin bank baru. Dilansir dari Reuters, bank terbesar di Uni Emirat Arab (UEA) ini akan mulai beroperasi di Kenya setelah otoritas memberi sinyal positif. Sektor ini tengah melakukan konsolidasi akibat meningkatnya pembiayaan bermasalah.

Tiga bank berskala sedang dan kecil di Kenya berada dalam pengawasan khusus regulator sejak Agustus tahun lalu. November lalu, Bank Sentral Kenya melakukan moratorium pemberian izin bank baru untuk menstabilkan industri yang berisi 40 bank itu. DIB dikabarkan telah berbicara dengan regulator dan izin operasional DIB di Kenya juga dikabarkan tak akan terdampak atas moratorium ini.

DIB masih menunggu turunnya izin. Proses pembukaan cabang DIB di Kenya lebih lama dari yang diperkirakan. Bank Sentral Kenya menyampaikan masih memroses aplikasi izin DIB Bank Kenya.
Sumber lain dari Bank Sentral Kenya menyebut selain DIB, ada beberapa bank lagi yang perizinannya sedang diproses dan diharapkan mulai bisa beroperasi tahun ini. Namun, pihak DIB tidak memberi respon terkait kabar ini.

DIB sudah merekrut staf untuk cabang mereka di Kenya yang akan melayani jasa produk konsumer, korporasi dan treasury. Cabang di Kenya bukan cabang luar negeri pertama DIB.
DIB memiliki saham di beberapa bank di Pakistan, Sudan, Yordania, Bosnia dan tahun lalu DIB meningkatkan kepemilikan saham atas Bank Panin Syariah Indonesia hingga 39,6 persen. DIB sendiri bukan bank Islam pertama di Kenya. Populasi Muslim di Kenya mencapai 10 persen atau sekitar 44 juta jiwa.

citied by : Rizal Nazarudin Firli